Pertarungan Politik dan Larangan TikTok dengan Pemerintahan AS |
Pada hari Rabu, 13 Maret 2024, Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Serikat telah mengeluarkan keputusan untuk mengesahkan rancangan undang-undang yang mewajibkan perusahaan pemilik TikTok, ByteDance, untuk melepas kepemilikan platform media sosial tersebut. Jika tidak mematuhi aturan tersebut, ByteDance akan menghadapi konsekuensi larangan penuh di Amerika Serikat. Teks ini berarti bahwa undang-undang tersebut saat ini telah diajukan ke Senat, tetapi masih belum dapat dipastikan apakah undang-undang tersebut akan disahkan atau tidak. Namun, dengan banyaknya dukungan di DPR AS, di mana 352 anggota Kongres mendukung RUU tersebut dan hanya 65 yang menolak, sudah jelas bahwa TikTok menghadapi ancaman terbesar bagi kelangsungan hidupnya di Amerika Serikat. Berikut yang perlu Anda peroleh informasi mengenai RUU tersebut, berapa tingkat potensi pelarangan TikTok, dan dampaknya terhadap jumlah pengguna platform tersebut di Amerika Serikat sebanyak 170 juta orang.
Pada hari Rabu 13 Maret 2024, DPR AS mengesahkan RUU sebagai langkah terbaru dalam persaingan politik terkait platform tersebut. Platform ini telah meraih popularitas yang fenomenal sejak pertama kali muncul pada tahun 2017. RUU ini mengungguli Facebook, Instagram, Snapchat, dan YouTube dalam hal unduhan pada tahun 2018 dan mencatatkan kenaikan 45 % pengguna aktif bulanan antara Juli 2020 dan Juli 2022. Kenaikan pesat dari platform ini menimbulkan kekhawatiran beberapa anggota parlemen, yang menganggap bahwa perusahaan induk TikTok yang berasal dari Tiongkok dapat mengakses data pengguna yang sensitif dan mengatur penghapusan konten yang tidak disetujui oleh pemerintah Tiongkok. Tiktok sudah beberapa kali mengklaim bahwa mereka tidak akan melibatkan atau memberikan data pengguna mereka kepada pemerintah Tiongkok.
Namun, kekhawatiran anggota parlemen semakin meningkat setelah adanya investigasi berita yang melaporkan bahwa karyawan ByteDance yang berasal dari Tiongkok telah mengakses informasi pribadi pengguna TikTok di Amerika Serikat. TikTok menyatakan bahwa data pengguna dari AS tidak dimiliki di Tiongkok, tetapi berada di Singapura dan AS, dengan menggunakan infrastruktur cloud yang dijalankan oleh perusahaan Amerika, Oracle. Tahun 2023 menyaksikan peluncuran pusat data TikTok di Irlandia yang bertugas mengelola informasi penduduk Uni Eropa. Walaupun ada beberapa langkah yang dilakukan, langkah-langkah ini masih dianggap kurang memadai oleh banyak anggota parlemen AS.
Pada bulan Maret 2023, CEO TikTok, Shou Zi Chew, diundang untuk hadir di Kongres. Selama lebih dari lima jam, ia menghadapi pertanyaan yang intensif mengenai hal ini dan praktik lain yang dilakukan oleh TikTok. Sebuah pertanyaan diajukan oleh anggota parlemen kepada Chew mengenai kewarganegaraannya, dengan tuduhan bahwa ia memiliki loyalitas yang kuat terhadap Tiongkok. Sebenarnya, orang tersebut berasal dari Singapura. Pada tahun lalu, telah diajukan berbagai usaha untuk mengawasi TikTok dan cara pengguna AS berinteraksi dengan data mereka. Upaya ini mencapai puncaknya dengan disahkannya RUU pada tanggal 13 Maret 2024 oleh Kongres.
Dalam RUU terbaru tersebut, ditetapkan bahwa ByteDance diberikan periode 165 hari untuk melaksanakan divestasi TikTok. Artinya, perusahaan diharuskan menjual platform media sosial ini kepada perusahaan yang beroperasi di luar Tiongkok. Apabila tidak, platform pemasaran aplikasi seperti Apple App Store dan Google Play akan diberikan larangan secara hukum untuk menyediakan layanan hosting TikTok atau memberikan layanan web hosting untuk aplikasi yang dikendalikan oleh ByteDance.
Para legislator berpendapat bahwa undang-undang tersebut tidak mengharamkan, karena undang-undang tersebut memberikan kesempatan bagi ByteDance untuk menjual TikTok dan menghindari larangan di Amerika Serikat. "Menurut Perwakilan Mike Gallagher, yang juga merupakan Ketua Komite DPR AS dari Partai Republik, TikTok dapat terus beroperasi dan memungkinkan masyarakat untuk melaksanakan keinginan mereka, asalkan terdapat pemisahan yang jelas."
Jangan menganggap ini sebagai larangan “ pikirkanlah sebagai suatu tindakan yang direncanakan untuk menghilangkan tumor dan pada akhirnya menyelamatkan nyawa pasien. TikTok memiliki pandangan yang berbeda, dengan mengatakan bahwa tidak terlihat jelas apakah Tiongkok akan menyetujui penjualan atau bahkan dapat menyelesaikan penjualan dalam jangka waktu enam bulan.
Perusahaan tersebut mengumumkan bahwa undang-undang ini memiliki hasil yang sudah ditentukan sebelumnya, yaitu pelarangan sepenuhnya terhadap TikTok di Amerika Serikat, setelah pemungutan suara komite. Pemerintah sedang berusaha untuk meniadakan hak konstitusional 170 juta warga Amerika untuk mengungkapkan pendapat mereka. Ini akan menyebabkan kerusakan pada banyak bisnis, menghambat kemampuan artis untuk mendapatkan penghasilan, dan menghancurkan kehidupan banyak pencipta di seluruh negara.