Mayat Presiden Iran yang meninggal dalam insiden helikopter telah ditemukan

 

Mayat Presiden Iran yang meninggal dalam  insiden helikopter telah ditemukan

Presiden Iran Ebrahim Raisi telah ditemukan meninggal dunia. Ebrahim Raisi tersebut meninggal akibat kecelakaan helikopter. Bulan Sabit Merah Iran telah mengonfirmasi penemuan jenazah Raisi. Sehingga, upaya penemuan korban helikopter telah berakhir. Kita sedang mengangkut para pahlawan yang gugur ke Tabriz di wilayah barat laut Iran. Menurut Kepala Bulan Sabit Merah Iran, Pirhossein Koolivand, operasi pencarian telah selesai .


Raisi dan Hossein Amir-Abdollahian, Menteri Luar Negeri Iran, telah dikonfirmasi meninggal dalam kecelakaan helikopter. Pada hari Minggu (19/5), helikopter mereka mengalami kecelakaan saat melewati daerah pegunungan yang ditutupi kabut tebal.


 


Presiden Iran, Ayatollah Ebrahim Raisi, mengalami kecelakaan saat sedang menjalankan tugasnya untuk melayani rakyat Iran dan berjuang demi negaranya. Kabar ini dilaporkan oleh kantor berita Mehr dari Iran, yang mengutip seorang pejabat yang tidak diungkapkan identitasnya. Sementara itu, berita tersebut juga dilaporkan oleh media-media lain. 


Pada Senin (20/5), stasiun televisi pemerintah Iran melaporkan bahwa tidak ada bukti adanya kehidupan di antara penumpang helikopter yang mengangkut Presiden Ebrahim Raisi beserta pejabat lainnya. Dalam laporan TV pemerintah Iran hari Senin, disebutkan bahwa setelah helikopter ditemukan, tidak ada indikasi bahwa penumpang helikopter tersebut masih hidup. 


Sebelumnya, telah ditemukan oleh Organisasi Masyarakat Bulan Sabit Merah Iran lokasi di mana puing-puing helikopter yang digunakan oleh Presiden Ebrahim Raisi terletak. Dalam awalnya, reruntuhan tersebut ditemukan oleh sebuah pesawat tanpa awak atau UAV bernama Akinci yang dimiliki oleh Turki. 


Ebrahim Raisi dilahirkan di Masyhad pada tanggal 14 Desember 1960. Ia berasal dari keluarga yang memiliki hubungan keturunan dengan Nabi Muhammad SAW, yang bisa dikenali dari sorban hitam yang sering dipakainya. Dia kehilangan ayahnya pada usia lima tahun. Setelah itu, ia melanjutkan ke sebuah seminar di kota suci Qom yang merupakan pusat ajaran agama Syiah. Kemudian, ia berhasil mendapatkan gelar Ayatollah, yang sebelumnya hanya diberikan kepada ulama tingkat tinggi dalam agama Syiah. Namun, penggunaan gelar ini telah meluas dalam beberapa tahun terakhir. Dia pergi meninggalkan pasangannya dan dua anak perempuannya. 

Post a Comment

Silahkan Berikan Komentar Anda !

Previous Post Next Post

Contact Form