Pelaku Penganiayaan Taruna STIP Sempat Panik dan Berusaha Tolong Korban

 

Pelaku Penganiayaan Taruna STIP Sempat Panik dan Berusaha Tolong Korban

Terungkap bahwa orang yang melakukan penganiayaan terhadap taruna junior di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran 'STIP' sebenarnya mencoba untuk membantu korban namun tidak berhasil dan akhirnya meninggal. Peristiwa penganiayaan yang melibatkan Putu Satria, seorang pelajar berusia 19 tahun di STIP, telah ada perkembangan yang signifikan. Tegar Rafi Sanjaya 'TRS' sedang diselidiki sebagai tersangka. Akhir-akhir ini, polisi telah menguak alasan dan dorongan di balik kematian korban setelah dianiaya oleh teman sekelasnya di kamar mandi STIP. 




Menurut pernyataan AKBP Hadi Saputra Siagian, Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Metro Jakarta Utara, taruna STIP tersebut meninggal karena mendapatkan pukulan di perut. Serangan yang dilakukan oleh senior di kamar mandi STIP mengenai bagian ulu hati korban dengan hasil kerusakan pada jaringan paru-paru. 


"Menurut Hadi, luka memar di bagian atas perut yang berdekatan dengan dada dapat mengakibatkan kerusakan pada jaringan paru-paru." Selain itu, ada peristiwa lain yang mengakibatkan kematian korban menjadi lebih cepat, yaitu ketika pelaku berusaha membantu saat taruna junior tersebut jatuh. Menurut penjelasan dari Hadi, terduga pelaku merasa terkejut ketika melihat korban jatuh setelah dipukul. Pada saat itu, terdapat taruna tingkat satu lainnya di kamar mandi STIP. Orang yang melakukan tindakan langsung menyuruh anggota bawahannya untuk pergi sementara dia sendiri mencoba membantu orang yang terluka. 


Hadi menjelaskan bahwa pelaku berupaya untuk membantu dengan cara memasukkan tangannya ke dalam mulut korban dan menarik lidahnya. Tetapi, upaya tersebut malah memperburuk keadaan korban. Sebagai hasil dari tindakan yang bersifat memaksa, korban mengalami pencekikan pernapasan yang berujung pada kematian. Sistem pernapasan tidak memungkinkan masuknya oksigen yang seharusnya ke dalam organ pernapasan. 


Ahmad Wahid, Ketua STIP, menyatakan bahwa di sekolah yang ia pimpin tidak lagi terjadi tindakan perpeloncoan. Menurut Ahmad, tindakan penganiayaan itu dianggap sebagai permasalahan individu. "Tidak ditemukan adanya kebiasaan intimidasi di kampus tersebut, sebuah masalah yang telah berhasil diatasi secara berturut-turut dan dihapuskan.


" Selama masa jabatannya yang berlangsung selama satu tahun, dia menjelaskan bahwa tidak pernah terjadi praktik intimidasi dari senior terhadap junior dalam lingkungan tersebut. "Ahmad menambahkan bahwa budaya tersebut sudah kami hapus sepenuhnya, hal itu sepenuhnya terjadi antara orang ke orang." 



Post a Comment

Silahkan Berikan Komentar Anda !

Previous Post Next Post

Contact Form