PM Bangladesh Sheikh Hasina Kabur Ke India Dan Jadi Masalah Baru Bagi India |
Mantan Perdana Menteri Bangladesh, Sheikh Hasina, melarikan diri ke India setelah terjadi kerusuhan politik yang berlangsung selama beberapa minggu. Perdana Menteri Narendra Modi dilaporkan sedang memikirkan langkah-langkah yang tepat untuk diambil dan cara berinteraksi dengan pemerintah sementara yang baru di Bangladesh.
Perdana Menteri Bangladesh, Sheikh Hasina, dilaporkan melarikan diri dari Dhaka menggunakan helikopter militer dan mendarat di pangkalan udara India yang terletak dekat New Delhi pada 5 Agustus 2024. Saat itu, tempat tinggal resminya didatangi oleh sekelompok orang yang menuntut agar dia mundur dari jabatannya. Sejak saat itu, sebagaimana dilaporkan oleh DW Indonesia pada Sabtu (17/8/2024), mulai muncul berbagai dugaan bahwa Perdana Menteri Bangladesh tersebut akan berupaya untuk mendapatkan suaka di negara lain.
Bermula dari Eropa atau kawasan Timur Tengah. Meskipun begitu, hingga saat ini, dilaporkan bahwa upaya untuk mencari suaka tersebut belum berhasil, menurut berita dari media India. Sebaliknya, Bangladesh saat ini telah memiliki pemerintahan sementara yang baru dipimpin oleh pemenang Nobel, Muhammad Yunus.
Kehadiran Hasina di India kemudian menarik perhatian pemerintah setempat. Perdana Menteri Narendra Modi dilaporkan sedang menganalisis langkah-langkah yang perlu diambil dan cara berinteraksi dengan pemerintahan sementara baru di Bangladesh. Perlu dicatat bahwa India mempunyai batas wilayah sepanjang 4.100 kilometer dengan Bangladesh.
New Delhi telah lama menyuarakan keprihatinannya terhadap masalah perdagangan manusia, infiltraasi, dan aktivitas teroris yang terjadi di sepanjang perbatasan, terutama karena Bangladesh berbatasan dengan negara bagian Benggala Barat, Assam, Meghalaya, Tripura, dan Mizoram di India, yang sangat rentan terhadap pemberontakan dengan kekerasan. India selama ini dapat bergantung pada pemerintahan Sheikh Hasina untuk menjaga agar risiko keamanan tetap terkelola.
Keberhasilannya dalam menggulingkan kekuasaan pasti menimbulkan tantangan baru bagi New Delhi. Salah satu kekhawatiran lain bagi India adalah kondisi kelompok agama minoritas di Bangladesh, di mana populasi umat Hindu mencapai sekitar 8 juta dari total 170 juta penduduk negara itu. Para pakar berpendapat bahwa India berkeinginan untuk mempertahankan hubungan bilateral yang harmonis dengan Bangladesh dan tidak ingin kehadiran Sheikh Hasina di tanah airnya menimbulkan ketegangan.
Ajay Bisaria, mantan duta besar India untuk Pakistan, menyatakan kepada DW bahwa "kehadiran Sheikh Hasina menciptakan dilema yang kompleks bagi India." "Walaupun India berupaya untuk menawarkan perlindungan kepada para sahabatnya, termasuk mereka yang telah digulingkan melalui kudeta, keberadaan Hasina di India bisa berpotensi memicu permintaan ekstradisi dari pemerintahan sementara Bangladesh, terkait tuduhan pelanggaran hak asasi manusia," ujarnya.
Ajay Bisaria menyatakan bahwa kedatangan Hasina dapat menjadi penghalang bagi India dalam menjalin hubungan dengan pemerintahan sementara yang baru di Bangladesh. "Untuk melindungi keselamatan dirinya dan menghindari mempermalukan tuan rumah, Hasina memutuskan untuk tinggal sementara di India, sebelum akhirnya memperoleh perlindungan tetap di Inggris atau negara Barat lainnya," ujar Bisaria. Ia menegaskan bahwa India tidak akan memberikan dukungan kepada "pemerintahan yang berada di pengasingan" di wilayahnya, yang akan sangat bertentangan dengan pemerintahan baru di Bangladesh.
Dalam sebuah wawancara terbaru, Md Touhid Hossain, penasihat urusan luar negeri pemerintah sementara Bangladesh, menyatakan bahwa keberadaan Hasina di India tidak akan memengaruhi hubungan antara kedua negara. Meski begitu, ia menegaskan bahwa Kementerian Hukum lah yang seharusnya mengambil inisiatif untuk memfasilitasi kepulangannya ke Bangladesh. "Saya mengetahui bahwa dia (Hasina) telah mengajukan pengunduran diri dan surat pengunduran dirinya disimpan oleh presiden." Ini telah diverifikasi. "Jika kementerian hukum meminta kami untuk menyiapkan surat agar dia dapat kembali, saya akan melakukannya," ungkap Hossain kepada media Channel 24.
Pinak Ranjan Chakravarty, mantan komisaris tinggi untuk Bangladesh yang telah mengamati situasi tersebut dengan seksama, menyatakan kepada DW bahwa sulit untuk memperkirakan berapa lama Hasina akan berada di India, karena hal tersebut sangat tergantung pada kondisi politik di Bangladesh. "Menurut Chakravarty, setelah ayahnya Sheikh Mujibur Rahman serta anggota keluarganya dibunuh pada tahun 1975, dia mencari perlindungan di India dan baru kembali ke tanah airnya pada tahun 1981."
Selama 15 tahun di bawah kepemimpinan Sheikh Hasina, Dhaka dan New Delhi telah menjalin hubungan diplomatik dan perdagangan yang erat. Bangladesh merupakan mitra dagang utama India di kawasan Asia Selatan, dengan proyeksi neraca perdagangan bilateral mencapai USD 15,9 miliar untuk tahun fiskal 2022-23, menurut informasi dari pemerintah India. Kedua pihak juga berencana untuk memulai negosiasi mengenai perjanjian perdagangan bebas. Sanjay Bhardwaj dari Pusat Studi Asia Selatan di Universitas Jawaharlal Nehru berargumen bahwa tidak ada manfaat bagi pemerintah di Bangladesh untuk menjauh dari India.
Hubungan erat antara India dan Bangladesh menciptakan keuntungan perdagangan yang wajar. “Batas darat yang serupa dan infrastruktur transportasi yang baik mendukung pengiriman barang, seringkali dengan biaya yang lebih murah dibandingkan dengan impor dari tempat yang lebih jauh seperti Tiongkok,†tambahnya. "Sektor manufaktur pakaian di Bangladesh, yang menjadi motor utama bagi pertumbuhan ekonominya, sangat tergantung pada bahan baku dan barang setengah jadi dari India," kata Sanjay Bhardwaj. Saat ini, India belum memberikan pernyataan resmi mengenai durasi mereka akan menampung Sheikh Hasina.