RI capai kesepakatan investasi energi Rp23,2 trilun dalam IAF ke-2 |
Republik Indonesia berhasil mendapatkan kesepakatan investasi di bidang energi senilai total 1,5 miliar dolar AS, atau sekitar Rp23,2 triliun, pada Forum Indonesia-Afrika (IAF) ke-2 yang berlangsung di Badung, Bali, dari tanggal 1 hingga 3 September 2024.
Dewi Justicia Meidiwaty, Direktur Afrika di Direktorat Jenderal Asia, Pasifik, dan Afrika Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, hadir di Nusa Dua, Bali, pada hari Selasa, 3 September 2024.
Menerangkan bahwa sejumlah kesepakatan telah berhasil dirumuskan, termasuk di antaranya adalah penandatanganan kontrak pelatihan antara PT. Pertamina Training & Consulting bekerja sama dengan Petrofound Namibia akan mengadakan kegiatan di Pusat Pelatihan Pengeboran Terintegrasi, Indonesia.
Dengan Tanzania, PT Pertamina juga telah berhasil memperoleh 60 persen saham Wentworth Resources di Blok Gas Mnazi Bay. PT PLN telah menjalin kemitraan dalam pengembangan energi geothermal bersama Tanesco dan Tanzania Geothermal Development Company (TGD).
Dengan rencana pengembangan mencapai 225 Mega Watt di daerah Natron, Luhoi, dan Ngozi. Berbagai perjanjian antara Indonesia dan Tanzania juga merupakan hasil dari kunjungan Presiden RI ke Tanzania pada 21-22 Agustus 2023, yang menghasilkan beberapa komitmen dalam kerja sama, khususnya di sektor energi.
Ia juga menyebutkan bahwa selain perjanjian antara Indonesia dan negara-negara Afrika, I A F ke-2 berfungsi sebagai forum yang mendukung tercapainya kesepakatan di antara negara-negara Afrika. Salah satu contohnya adalah kesepakatan kerja sama antara Mozambik dan Afrika Selatan yang tercermin dalam Nota Kesepahaman antara Buzi Hydrocabon Pte Ltd dan Guma Africa Group Ltd.
Terkait dengan penjelajahan dan pemanfaatan komersial gas EPCC Buzi. Selain BUMN, sektor swasta juga berhasil mendapatkan nilai investasi dari Afrika, contohnya PT Energi Mega Persada (EMP) yang bekerja sama dengan Vutomi Energy dalam proyek komersialisasi Pembangkit Listrik Independennya (IPP) dengan kapasitas sebesar 500 megawatt.
Menurutnya, berbagai kesepakatan di sektor energi semakin mengokohkan kolaborasi antara Indonesia dan Afrika dalam menjaga pasokan serta ketahanan energi di tengah situasi geopolitik global yang tidak stabil. "Kemandirian energi memiliki peranan yang krusial dalam menjaga stabilitas dan kemajuan ekonomi, terutama untuk kawasan Indonesia-Afrika."
Ia berharap bahwa berbagai kolaborasi yang telah disetujui tersebut akan semakin memperkuat kerjasama antara Indonesia dan Afrika dalam menyongsong masa depan yang harmonis, sejalan dengan visi Indonesia Emas 2045 dan Agenda Afrika 2063. Mengusung tema "Bandung Spirit untuk Agenda 2063 Afrika", Indonesia bertekad menjadikan semangat Bandung yang lahir dari Konferensi Asia Afrika 1955 sebagai dasar untuk memperkuat kerjasama pembangunan antara Indonesia dan negara-negara Afrika di masa yang akan datang.
Berbagai kolaborasi yang akan menjadi fokus dalam forum tersebut mencakup kerja sama di bidang transformasi ekonomi, energi, pertambangan, ketahanan pangan, kesehatan, dan pembangunan.
Hasil nyata yang diharapkan mencakup perjanjian antara pemerintah dan pihak yang bersangkutan, kesepakatan bisnis antar satu sama lain, serta Grand Design pembangunan Indonesia dengan Afrika, termasuk kolaborasi dengan negara-negara ketiga melalui kerja sama triangular. Target dari kesepakatan bisnis ini adalah mencapai sekitar 3,5 miliar dolar AS, setara dengan sekitar Rp54,69 triliun.